Di antara akhlak dalam islam yaitu menghiasi diri dengan impian. Impian atau cita-cita yang bisa mendatangkan keberkahan yang terus terus menerus dengan izin Allah Subhannahu wata’ala. Darah kesatria akan mengalir dalam diri orang yang memilki impian. Ia akan terus memperjuangkan impianya dengan segenap jiwa raga sampai impianya tercapai.

Impian adalah sebuah amal yang membahagiakan hati. Bayangkan saja, ketika kita memiliki impian maka hati kita akan bahagia. Ketika kita memiliki impian berati kita sudah memiliki niat yang baik. Niat yang baik di dalam islam sudah mendapatkan satu pahala. Baru memiliki niat saja hati kita sudah bahagia, lalu bagaimana jika impian tersebut benar benar tercapai? Tentunya akan lebih bahagia lagi, ketika impian tersebut benar-benar terwujud, dan kita mendapat dua pahala.

Bermimpilah setinggi-tingginya, bukan hanya sekedar bermimpi untuk duniamu, tetapi juga bermimpilah untuk akhiratmu. Rasulullah shallallahu’alaihi wassallam bersabda;

“Dan jika kamu meminta kepada Allah, mintalah syurga firdaus, sebab ia syurga yang paling tinggi.” (HR. Bukhari)

Seorang sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wassallam, yaitu Rabiah bin Ka’ab juga memiliki impian yang tinggi. Beliau ingin menemani Rasulullah shallallahu’alaihi wassallam di syurga.

Tancapkan impianmu setinggi-tingginya, sertai impian tersebut dengan tekad, semangat dan bersungguh-sungguh dalam memperjuangkanya.

Jadilah manusia itu seperti air yang mengalir, karena ia akan terus mengalir, yang tak mungkin dibendung. Air akan terus mencari jalan untuk mengalir dan tidak pernah kenal lelah maupun menyerah sampai ia menemukanya. Dimana ada celah maka ia akan terus menerobosnya, hingga ia bebas bergerak menemukan keberhasilanya.

Lembaran sejarah membuktikan, orang-orang yang mendapat kemuliaan atau orang sukses pada umumnya memiliki impian yang tinggi. Impian yang sulit dipahami oleh kebanyakan orang. Impian mereka jauh kedepan, melampaui impian pengejar dunia. Yang lebih menakjubkan lagi ia tidak kenal lelah, dengan segala kemampuan dan berbagai cara ia usahakan dengan segenap kemampuanya.

Para pendahulu kita yang shalih diantaranya Umar bin Abdul Aziz, beliau adalah seorang khalifah yang zuhud, yang senang beribadah kepada Allah Subhannahu wata’alla, suatu hari ia pernah berbicara:

“Sesungguhnya jiwaku adalah jiwa yang penuh banyak cita-cita. Aku pernah bercita-cita menjadi amir, aku telah mendapatkanya. Aku bercita-cita menjadi khalifah dan aku, juga aku telah mendapatkanya. Sekarang cita-citaku adalah masuk syurga, dan aku berharap mendapatkanya.”

Tidak ada kata entar apalagi besuk, segera bermimpilah. Hidup adalah milik anda, bukan milik orang lain. Dan waktu yang sesungguhnya adalah saat ini, saat anda membaca buku saya ini. Bukan waktu yang telah kemarin atau nanti yang akan datang.

Waktu yang kemarin adalah masa lalu, masa yang tinggal, kenangan. Yang ada hanya goresan duka maupun bahagia. masa kemarin hanya akan meninggalkan penyesalan terhadap dosa yang kita perbuat, atau catatan kebaikan. Masa lalu sudah tidak bisa dirubah lagi. Semua sudah terjadi dan terlampaui.

Masa yang akan datang adalah masa yang belum pasti terjadi. Banyak kemungkinan yang akan terjadi maupun tidak terjadi. Masa yang akan datang, adalah masa yang masih menjadi rahasia Sang Pencipta. Masa yang akan datang masih berupa bayangan yang belum kelihatan. Masa yang akan datang masih berupa angan-angan.

Hari ini, saat inilah waktu yang sesungguhnya milik kita. Saatnya kita beramal, saatnya kita menorehkan lembaran-lembaran baru dalam hidup kita. Saatnya bersungguh-sungguh memperbaiki catatan amal kejelekan. Saat inilah, saat yang paling tepat untuk membuat amal kebaikan. Saat inilah saat yang akan menentukan masa depan kita. Semua yang akan kita raih di masa yang akan datang, semua berawal dari saat ini, masa sekarang ini.

Masa sekarang inilah, masa yang sebaiknya untuk merencanakan segala impian dan harapan yang ingin anda raih. Mulailah bermimpi dari saat ini, bukan besuk atau lusa, karena besuk sudah akan menjadi masa lalu.

Memiliki impian seperti halnya seorang yang membuat baju. Sebelum dibuat, penjahit harus membuat pola terlebih dahulu. Setelah itu baru proses kerja, mulai membuat pola dan memotong bahan. Selesai membuat pola, kemudian proses pemotongan. Selanjutnya bahan mulai di jahit, sedikit demi sedikit sampai baju selesai di buat.

Jadi seperti itulah pentingnya sebuah impian. Setelah memiliki impian,selanjutnya anda bisa membuat langkah selanjutnya. Sebelum memiliki impian, maka tidak ada yang bisa dikerjakan. Semua yang dikerjakan, tanpa impian maka, kita tidak menuai hasil. Karena kita tidak memiliki target yang akan kita capai. Seperti seorang yang sedang memanah, pasti ada target yang harus dibidik. Bagaimana dikatakan panahnya bisa menembus sasaran jika tidak punya target yang akan dipanah. Tanpa target anak panah juga tidak akan bermanfaat sama sekali.

Jika anda tidak memiliki impian, maka hidup anda akan hampa, karena tidak ada tujuan dan tidak punya rencana yang jelas. Orang yang punya impian, ia akan merencanakan dan menata tujuan hidupnya. Jika sudah ada yang di tuju, maka arah kaki melangkah semakin jelas.

Seperti halnya orang yang bepergian, jika ia berjalan tanpa tujuan, maka perjalananya akan melelahkan, menghabiskan waktu dan menghabiskan biyaya. Akhirnya waktu, tenaga, pikiran dan biyaya akan terbuang percuma. Tanpa tujuan perjalanan tidak membawa hasil, apalagi memberi manfaat. Dengan adanya tujuan yang jelas akan semakin memudahkan langkah kita, waktu lebih efisien.

Orang sukses adalah orang yang bisa memanfaatkan waktu, tenaga dan pikiran secara efektif. Berani memiliki impian adalah modal pertama yang harus dimiliki, oleh siapa saja sebelum merencanakan langkah yang akan dikerjakan. Selanjutnya waktu, tenaga dan pikiran terarah untuk mewujudkan impian tersebut.

Leave a Comment